Ambush 2.0 Evo

Thursday, October 1, 2015

Hari Batik Nasional Jadi Pil Pahit Bagi Yogyakarta, Ada Apa ?

Hari Batik Nasional Jadi Pil Pahit Bagi Yogyakarta, Ada Apa ?

INDOBERITA.COM – Hari Batik Nasional Jadi Pil Pahit Bagi Yogyakarta, Ada Apa ? Hari Jumat besok, 2 Oktober 2015 merupakan peringatan Hari Batik Nasional. Seluruh wilayah Indonesia dipastikan akan merayakan hari kebudayaan yang sudah ditetapkan oleh dunia usai batik diakui menjadi warisan dunia. Tetapi, pada Hari Batik Nasional, bisa menjadi pil pahit bagi masyarakat di Yogyakarta, yang menyandang sebagai Kota batik Dunia. Lalu ada apakah gerangan ?
Yogyakarta memang menjadi Kota Batik Dunia yang pernah diresmikan dan diberikan oleh pihak WCC (World Craft Council) bertempat di Tiongkok sekitar tanggal 2 Oktober 2014 silam, dan kabarnya bisa dicabut lalu dialihkan ke daerah yang lainnya. pasalnya, didalam suatu perjanjian antara WCC dan pihak Yogyakarta, apabila di dalam waktu selama 4 tahun usai dilangsungkan penetapan tersebut, lalu bukti dilapangan memang tak ada dampak yang sangat positif kepada semua pihak, maka gelar Kota Batik Dinia pun akan dicopot, tepat di Hari Batik Nasional.
“Apabila terbukti untuk gelar itu memang tak dijaga juga tak dimanfaatkan, ya pastinya akan kami cabut kembali juga akan diberikan kepada kota yang lainnya,” ungkap Zaenal Arifin H selaku Sekjen Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, bertempat di Kantor Dekranasda DIY, Komplek Kepatihan, hari Rabu, (30/9/2015).
Zaenal Arifin H menegaskan, apabila dampak positif itu paling penting di perajin juga 7 kriteria yang sudah didasarkan sebagai dari sebuah penetapan dari kota batik. Maka pihaknya akan kembali mendesak kepada pemerintah supaya bisa menjaga dan mempertahankan dengan cara melibatkan segenap instansi maupun masyarakat supaya bisa sekuat tenaga mempertahankan akan keaslian batik, apalagi pada 2 oktober adalahHari Batik Nasional.
Menurut Zaenal Arifin H, apabila ketujuh kriteria tersebut diantaranya adalah soal nilai sejarah (historisnya), masalah originalitas, batik yang termasuk non kimia juga batik yang ramah lingkungan, bisa mentrasfer kepada semua generasi penerus, budaya, juga konsistensi terhadap nilai dan ekonomi dari para perajin batik.

No comments:

Post a Comment